Monday 21 December 2015

Part I-Mengenalmu






PART I
Mengenalmu


Pagi ini cerah, namun berbeda dengan suasana sebelumnya, pagi ini terkesan semangatku terbakar oleh hangat mentari yang bersinar di pagi hari. Bangun lebih pagi dari biasanya, berangkat lebih awal dari biasanya, namun sia-sia dan seperti biasa disambut oleh gerbang sekolah yang kusam sudah terkunci rapat. “Sialan, hari ini kan ada upacara pantesan jam segini gerbang jelek ini sudah menghadang” ujarku..

sembari menunggu pasal berapa yang akan di kenakan untukku pagi itu aku bercengkrama dengan sebatang rokok yang mulai terbakar. Setelah upacara selesai pak satpam mulai menggenggam erat gerbang dengan kekuatan yang bertenaga untuk membuka gerbang itu (maklum gerbang tua).

Aku menata rapi mentalku, perlahan aku memasuki area sekolahan dan siap menerima pasal berapa yang aku terima untuk hari ini. Setelah aku menyelesaikan urusanku dengan beberapa guru dengan beberapa pasal yang mereka sudah tentukan untukku hari ini, aku bergegas memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran yang sudah berlansung.
***


Teeeng teeeeng teeeeeng…
Suara bel pulang sekolah akhirnya tiba, langsung aku menuju ke arah gerbang untuk pulang. Namun aku melihat dari kejauhan ada beberapa guru menghadang siswa siswi kelas satu agar tidak pulang terlebih dahulu untuk mengikuti program extrakulikuler TPQ pada hari itu.. dengan terpaksa aku mengikuti extra tersebut.
Aku mulai berjalan dan mencari ruang TPQ yang telah ditentukan, aku memasuki ruangan, ruangan yang sangat berisik dipenuhi oleh obrolan-obrolan canda tawa di dalam kelas, aku perlahan masuk ke dalam kelas tersebut dan memilih duduk di bangku paling pojok, tanpa memperdulikan kebisingan disekitarku. Aku hanya memainkan hp ditanganku dan sedikit melihat teman-teman disekelilingku. Namun di sela-sela penglihatanku kepada teman-teman, aku melihat satu gadis yang menurutku masih asing dan entah kenapa aku merasa “ada yang berbeda dengan wanita ini, tapi apa??” gerutku dalam hati..
Masih belum beranjak dari tempat duduk ku. Aku pun memberanikan diri bertanya kepada salah seorang temanku yang berada tepat di depanku dan di samping gadis itu.
“Anaa??” panggilku kepada salah seorang temanku, dan dia pun melihat ke arahku tanpa menjawab panggilanku.

“Emmm, An, gadis disampingmu perasaan aku baru lihat, siapa?”
“oooh, Tanya aja sendiri” jawabnya singkat dengan senyuman khasnya.

Aku tidak menjawabnya. Aku bergegas merapikan posisi dudukku karena guru TPQ sudah masuk dalam ruangan.

“fendi” suara guru TPQ memanggilku
“iya bu” jawabku, “wadduh, pasti disuruh baca nih” dalam hati.
“baca halaman 5 dari ayat 5 sampai 10” serunya.

Tanpa menyahut, aku pun kebingungan karena dihari itu aku lupa membawa buku TPQ. Lalu kuberanikan diri untuk lancang menyentuh pundak gadis yang entah siapa namanya aku belum tahu.
“eee.eembak, be-boleh pinjam bukunya sebentar” ucapku tak tertata saking gugupnya.
Tanpa mengeluarkan kata, gadis tersebut menoleh serta membawa buku di tanganya dan sempat aku lihat dia memberikan sedikit senyuman.

Setelah kubaca sesuai apa yang di instruksikan oleh guru TPQ tersebut, aku bergegas merapikan buku dan segera ingin ku kembalikan dengan tujuan untuk bisa melihat wajahnya kedua kali, syukur-syukur dengan senyuman yang sama.
“mbak” panggilku pelan
Dia pun menoleh kearahku dan Lagi-lagi dia tak menjawab.

“ini bukunya, terimakasih ya” ucapku dengan kulemparkan sedikit senyum
Dia Cuma tersenyum dan segera membelakangiku lagi.

“ee.embak, boleh tau namanya nggak?, aku fendi” ucapku sembari menjulurkan tangan berniat untuk menjabat tanganya.

Dia pun tersenyum dan menjawab “Evi” tanpa menjabat tanganku dan segerah membelakangiku lagi.

Sementara itu tak kusadari kudapati senyuman lebar dari Ana yang sedang memperhatikanku dari awal aku berinteraksi dengan gadis tersebut yang sudah ku ketahui namanya “Evi”.

Seusai extra TPQ aku tak melihat dia lagi, kapan dia beranjak dari tempat duduknya?.. aku pun bergegas keluar kelas mencarinya hanya untuk sekedar melihatnya, namun harapan itu sirna, aku tak menemukanya.

Aku berjalan pulang, dalam perjalananku aku memfikirkan semua hal yang terjadi dalam ruang TPQ, senyuman dia, kemisteriusan dia, dan Senyuman lebar Ana. Ah sudahlah
***


Sore hari selepas pulang sekolah ibukku memintaku untuk mengantarkan beliau kerumah paman didesa yang tak jauh dari desaku, namun di pertengahan jalan hujan turun dengan lebatnya, lantas aku menawarkan bertedu kepada ibu.

“bu, apa tidak sebaiknya kita bertedu dulu. Toh yah hujanya sangat lebat, kalau kita bertamu dengan pakaian basah kuyup kan tidak bagus juga di lihat”, pintaku…
“iya, itu di seberang jalan ada tokoh, kita bertedu disitu menunggu hujan redah” jawabnya…

Segera ku tepikan motorku, dan duduk di depan toko sambil membakar rokok untuk menghilangkan rasa jenuhku menunggu hujan redah. Selang beberapa menit hujan pun redah, namun genangan air di jalan raya belum surut.

Aku melihat dari kejauhan ada 2 wanita memakai seragam sekolah yang menurutku seragamnya sama persis dengan seragamku, dengan sedikit mengangkat roknya berjalan ke arahku dengan sangat hati-hati melewati genangan air.
“siapa mereka?? pasti satu sekolahan denganku”. Gumanku

Mereka semakin mendekat, dan melintas tepat di hadapanku. Namun aku belum tahu nama mereka berdua.
“fendi” sapaan salah satu wanita
“iya” jawabku dengan sedikit senyuman

Namun aku bingung dengan sapaan gadis tersebut, sebenarnya aku mengenali kedua gadis tersebut namun tak disertai dengan namanya, ah sudahlah kapan-kapan pasti keingat sendiri… lamunku
***


Sesampai dirumah, karena sudah waktunya sholat maghrib aku bergegas untuk ke kamar mandi mengambil air wudhu dan entah kenapa tiba-tiba saat aku mulai mengambil air wudhu aku teringat kedua gadis tersebut dan kali ini disertai namanya.
“iyah, 2 gadis tadi Habbah, dan Evi (gadis kemarin yang baru aku kenal di ruangan TPQ)”. Gerutku dalam hati

Seusai sholat maghrib, entah kenapa aku ingin sekali mempunyai nomornya Evi. habbah pasti tidak keberatan untuk membagi nomor evi padaku, segera kuambil HP untuk segera sms habbah.
“habb, tadi sore yang menyapaku itu kamu kan? Apa bener tadi kamu berjalan dengan evi”. Bentuk smsku pada habbah

Tak lama kemudian habbah pun membalas smsku.
“iya fend, kenapa?”
“boleh nggak aku mintak nomornya”
“Ooh, bentar aku tanyakan dulu kepada evi, takutnya dia keberatan”

Belum sempat aku membalas sms habbah, ternyata habbah mengirimiku sms lagi
“085733****0*”
“yes”, dalam hatiku, tanpa membalas pesan dari habbah.

Setelah aku mendapati nomor evi segera aku meneleponya untuk memastikan apa benar ini nomornya, namun sia-sia. Teleponku tidak di jawab. Ah mungkin dia lagi sibuk. Sms sajalah barangkali entar kalau dia sudah tidak sibuk menyempatkan untuk membalas pesanku.
“maaf, apa benar ini Evi”
“iya” dengan cueknya.

Aneh dalam fikirku. Teleponku tidak diangkat tapi dia langsung membalas pesanku secepat ini. Ah tidak penting, yang penting aku bisa berkomunikasi dengan dia, itu sudah sangat cukup.
“kamu yang meminjami aku buku di TPQ kemarin, bukan?”. caraku untuk menyambung percakapan
“iya”

“emang masih ingat siapa aku?”. balasku
“ingat”

“siapa?”. godaku

Percakapanku terputus tanpa ada balasan dari evi, selang beberapa jam, aku beranikan diri untuk memulai percakapan lagi.
“evi lagi sibuk”
“Nggak” jawabnya

“Smsku kok ndak kamu balas?”
“ada apa sih fend, iya-iya aku inget, kamu fendi kan, lagian habbah juga barusan bilang kok kalau kamu mintak nomor aku, ada apa?” Balasnya jutek.

Membaca balasan dari evi yang seperti itu, aku bingung untuk meneruskan percakapan,
“nggak apa-apa kok vi, biar lebih akrab aja” balasku
“oh, yaudh”

Layaknya seorang wartawan yang bertemu seorang selebritis yang sedang naik daun, aku pun memberikan pertanyaan-pertanyaan (kepoo) dalam bahasa sekarang.
Namun entah kenapa saat aku melihat percakapan sekian banyak. Kenapa balasnya sangat singkat sekali? Padahal pesanku panjaaaaaaaang sekali.
Namun biarlah, mungkin ini cara dia memperlakukan seseorang yang baru dia kenal.

“Udah malam, aku tidur dulu ya, disambung besok lagi” caranya untuk mengakhiri komunikasi kita.
“iya, makasih vi, Mimpi indah. J

Dari sekian banyak percakapan, aku cuma mengantongi satu jawaban dari evi yang menurutku sangat penting. Yaitu mengetahui dimana kelasnya. “X RMBI” (RMBI adalah program kelas unggulan yang berada di sekolahan kita).
***


Pagi yang cerah, dengan semangat yang baru aku berangkat ke sekolah dengan harapan bisa bertemu dengan evi lagi. semakinku percepat laju motorku, namun sia-sia dan seperti biasa disambut oleh gerbang sekolah yang kusam sudah terkunci rapat, sembari menunggu pasal berapa yang akan di kenakan untukku pagi itu, aku bercengkrama dengan sebatang rokok yang mulai terbakar. Pagi hariku selalu sama dan terulang persis, disambut oleh si kusam gerbang sekolah.

Setelah aku menyelesaikan urusanku dengan beberapa guru dengan beberapa pasal yang mereka sudah tentukan untukku hari ini, aku bergegas memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran yang sudah berlansung.

Aku sudah mengetahui kelasnya, ternyata tak kusadari bahwa kelasnya bersebelahan dengan kelasku. Aku berinisiatif membuat lubang di pintu pembatas kelas di antara kelasku dan kelasnya, entah apa yang menyebabkan rasanya aku selalu ingin melihatnya walau hanya dari pintu rusak pembatas kelas yang sengaja aku lubangi hanya sekedar untuk melihat wajahnya dari kejauhan.
Aku selalu melihat tingkah lakunya, yang terkadang membuatku tersenyum-senyum sendiri.
***


Teeeng teeeeng teeeeeng…
Tak terasa sudah waktunya istirahat, seperti biasa aku kekantin dengan teman-teman, namun kali ini berbeda karena aku sengaja ingin melewati kelasnya dengan harapan bisa bertemu bahkan menyapa dia. Namun sia-sia, aku tak mendapatinya berada di kelas.
Jam istirahatpun sudah selesai, aku pun beranjak memasuki kelas, namun di depan kelas banyak teman teman wanita yang asik ngrumpi dan aku pun berhenti untuk bergabung dalam diskusi terbuka itu.
“lihat ke arah perpustakaan”, ujar tadho (temanku satu kelas) sembari memutar badanku.

Aku melihatnya, aku melihat wanita yang dari tadi ingin sekali aku menjumpainya. Sekarang dia berada di depan perpustakaan dengan teman-temanya sedang melihat kearahku dan memperhatikan caraku bergurau dengan teman-teman wanita yang ada di sekelilingku.

Aku pun menuju perputakaan, dengan tergesa-gesa. Setibanya diperpustakaan aku bisa melihat evi dan menyapanya untuk kedua kalinya “Eviii”, sapaku
Namun dia malah membuang muka, dia berjalan ke arah yang lain, dia menuju kelasnya.
“apa salahku?”, aku terus bertanya, bertanya keras pada hatiku.

Sesampai di kelas, aku mengirimkan sms pada evi “Apa salahku? Tolong beritahu aku, sampai-sampai kau buang muka saat melihatku di perpustakaan tadi?”
Tiada balasan yang aku terima, waktu demi waktu aku menunggu dan tak kunjung juga aku terima satupun balesan dari dia tentang rasa kepenasaranku kepadanya.

teeeeeeng teeeeeeng teeeeeeng,,,...
Suara bel sekolah berbunyi yang bertanda waktu untuk pulang sekolah tiba. Dan sampai saat itu pun aku masih menunggu balasan dia dan tak kunjung aku terima.
****


Sepulang sekolah, seperti biasanya kuhabiskan waktuku untuk sekedar ngumpul bersama teman-teman dan ditemani secangkir kopi dan beberapa batang rokok di warung kopi yang biasa aku kunjungi seusai sekolah.


Namun berbeda dengan biasanya, biasanya yang aku sangat membuat suasana menjadi ramai dan seru, hari ini aku murung, galau, atau apalah yang pada intinya aku masih memikirkan dan berharap mendapat balasan dari evi yang bisa menghapus rasa kegelisahanku tentang sapaanku yang di acuhkan.

No comments: