Monday 21 December 2015

Part II-Aku jatuh cinta






PART II
Aku jatuh cinta
Iya. kepadanya


Setelah kita kenal begitu lama, aku mengenal dia dengan ramah, meski diantara kita tak pernah ada satu obrolan atau berbicara langsung, hanya saja komunikasi kita lebih baik dari kemarin, dan sempat satu dua kali berbincang-bincang meski hanya lewat telepon.

Entah kenapa, atau kemasukan malaikat apa tiba-tiba semua perasaanku menjelma, berubah entahlah seperti apa isi otakku waktu itu. Aku menyukainya, menyukai gadis yang tak lama aku kenal.
Aku yakin dia pun begitu, “harapku”. tapi aku tidak pernah pecaya itu, aku tidak pernah percaya bila ia menyukaiku juga, aku hanya berharap begitu banyak padanya.
Aku harus bagaimana?, Apa aku harus mengungkapkan apa yang aku rasakan?, Kalau dia menolakku?.. Kebingunganku dalam hati.

Kuberanikan diri untuk menceritakan apa yang terjadi pada diriku kepada salah seorang teman dekatku, toh meskipun dia tidak memberikan aku masukan pasti akan lega telah berbagi cerita kepadanya dari pada aku simpan sendiri.. lamunku.

Aku membuat janji kepada salah seorang temanku, kita bertemu disebuah warung di desaku dengan mengambil tempat paling pojok agar saat aku bercerita tidak ada yang mendengarkan apa yang aku ceritakan.

Aku menceritakan, semuanya mulai dari aku mengenalnya sampai aku jatuh hati secepat ini pada gadis itu. aku menyusun rencana bersama temanku dengan tujuan untuk menyatakan cinta kepada evi.

Di sebuah pesisir pantai sore hari.. rencanaku berjalan lancar tidak aku pungkiri karena pacar temanku yang satu kelas dengan evi bersedia membantu..
Akhirnya waktu yang mendebarkan telah tiba, dipesisir pantai aku mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini dengan ribuan harapan dia bisa menerima atau ikhlas menerima apa yang aku katakan.

Aku menatapnyaa dengan tatapan tajam yang seolah tercermin keyakinanku padanya, dia tersipuh malu, dan wajahnya mengerut menggambarkan rasa penasaran apa yang akan aku lakukan pada dirinya waktu itu.
Sementara saat yang bersamaan aku mendapati temanku dengan kekasihnya seolah sedang melihat layar tancap dengan wajah meringis dan pekikan tawa yang mereka sembunyikan saat melihatku berjuang untuk kejujuranku.

Aku mulai memberanikan diri menggerakkan bibirku.. “ev, izinkan aku singgah di istana hatimu dan sudihkah kiranya kau untuk menyuguhiku secangkir kasih yang tulus dari hatimu.. [singkatnya] “ev, aku suka sama kamu, bersediakah engkau menjadi kekasihku”.

Setelah aku mengucapkan kata itu, suasana berubah. heniiiing, tak ada suara satu pun yang terdengar bahkan cekikikan tawa temanku pun ikut menghilang..

Hatiku tak karuan, menunggu bibir evi tergerakkan untuk mengucap sesuatu. Dan akhirnya ku melihat bibir itu tebuka dan menjawab “aku masih tidak ingin pacaran, maaf”..

“Bunnuuuuuh, bunnuuuuuuh aku sekaraaaaaaaaaaang” gerutku dalam hati yang diiringi rasa kesal, malu campur aduk..
***


Sejak kejadian itu, entah siapa yang menceritakan itu semua kepada teman sekolahku sehingga hari-hari itu menjadi buah bibir satu sekolah, dan tak luput sebagian kecil dari guru-guru pun mengetahuinya.

Aku menyerah?
Oh tentu tidak, rasa suka ku kepada dirinya tidak sedikitpun berkurang.. dan ada dorongan tersendiri setelah dia menolakku dengan kata itu. Aku malu, aku gengsi dan aku ingin membuktikan kepada mereka kalau aku bisa dan suatu saat pasti dia menjadi kekasihku, (hehe maklum masa SMA mental yang yaaaa seperti itulah hehe).


dhoooooooong doooooooooong dhoooooooong.. Suara Gong yang menandakan awal dari Perjuanganku D I M U L A I..

Setelah kejadian penolakan itu (kasian sekali nasibku.. hehe) aku mulai genjar berkomunikasi dengannya meski tak ada yang berubah dengan cara dia membalas atau mengangkat teleponku..
dengan berbagai cara aku lakukan agar dia merasa nyaman kepadaku, aku lakukan terus terus dan terus tanpa pernah merasa lelah..

Dalam masa-masa pengejaraanku, tidak semulus seperti beberapa sinetron ditelevisi, sangat beraaat apalagi sejak kejadian itu ada beberapa pria yang datang silih berganti untuk memperebutkan dia..

Oke, semakin seru lengkap sudah perjuanganku. 

No comments: